4 Kerajaan Islam di Riau Beserta Peninggalannya

4 min read

Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sejarah yang cukup kuat. Kerajaan Islam juga pernah berada di tanah Riau untuk beberapa abad.

Pengaruh Islam yang sampai ke daerah-daerah Riau mungkin akibat perkembangan dari Kerajaan Islam Samudara Pasai dan Malaka. Walaupun dulunya ada beberapa kerajaan yang memiliki hubungan dengan VOC, Kerajaan-kerajaan ini berhasil di ubah menjadi kerajaan Islam.

Selain alat musik Riau yang khas dari zaman kerajaan islam di Riau, beberapa kerajaan juga meninggalan peninggalan yang sangat bersejarah yang masih ada hingga saat ini. Untuk bisa mengetahuinya lebih dalam, saya akan membahasan Kerajaan Islam yang ada di Riau.

Kerajaan Siak

kerajaan siak
sman1tualang.sch.id

Kerajaan Islam pertama adalah Kerajaan Siak Sri Inderapura, kerajaan ini merupakan sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia.

Siak Sri Inderapura merupakan kerajaan Islam, yang didirikan oleh Raja Kecik dari Pagaruyung di Buantan.  Raja Kecik memiliki gelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya terlibat dalam perebutan tahta Johor.

Dalam perkembangannya, di tengah tekanan Imperialisme Eropa, Kesultanan Siak muncul menjadi sebuah kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaya.

Jangkauan pengaruh kerajaan ini cukup jauh,yakni hingga ke Sambas di Kalimantan Barat. Kerajaan ini juga sekaligus mengendalikan jalur pelayaran anatara Sumatera dan Kalimantan.

Kerajaan Melayu Siak berkembang dan tumbuh dari zaman berdirinya Kerajaan Gasib yang menganut agama Hindu / Budha.

Kerajaan Gasib merupakan perpecahan Kerajaan Sriwijaya yang pernah berpusat di Muara Takus pada abad ke XI-XII. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang berkembang dengan pesat dan gemilang pada zamannya.

Kerajaan Sriwijaya yang pernah berpusat di Muara Takus, runtuh pada abad awal abad XIII, sehingga timbul kerajaan-kerajaan kecil yang masih menganut agama Hindu / Budha seperti diLubuk Jambi, Keritang, Kandis, Bintan dan Tumasik.

Raja Kecik sebagai pendiri kerajaan siak telah meletakkan Islam sebagai agama resmi dikerajaan siak. Islam diresmikan semasa beliau dinobatkan sebagai Sultan siak pertama yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah.

Kerajaan siak adalah keturunan Kerajaan Melaka yang tidak terlepas dari kebudayaan dan keseniannya yang berasal dari Kerajaan Melayu Melaka. Namum terdapat pengaruh unsur-unsur adat dan budaya serta kesenian dari suku-suku yang telah lama mendiami negeri Siak.

Selain itu ada juga pengaruh dari budaya dan kesenian dari Cina, Thailand, Arab, Persi, India serta suku-suku pendatang dari Nusantara Indonesia.

Hal tersebut menyebabkan terjadinya akulturasi kebudayaan asli Siak dengan mereka sehingga terbentuk kebudayaan di kerajaan siak.

Peninggalan Kerajaan Siak

masjid-raya-pekanbaru kerajaan islam di riau
pekanbaru.tribunnews.com

Masjid Raya Pekanbaru merupakan mesjid tertua di Pekanbaru yang dibangun pada abad ke 18 tepatnya 1762. Mesjid yang terletak di Jalan Senapelan, Kp. Bandar, Kec. Senapelan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau ini memiliki arsitektur tradisional.

Di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sebagai Sultan Siak ke-4, mesjid ini merupakan bukti Kerajaan Siak pernah bertahta di Pekanbaru.  Lalu tahta itu diteruskan pada masa Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai Sultan Siak ke-5.

Sejarah berdirinya Mesjid ini dikisahkan ketika di masa kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan dan menjadikan Pekanbaru sebagai Pusat Kerajaan Siak.

Pemindahan pusat kerajaan yang diikuti dengan pembangunan Istana Raja, Balai Kerapatan Adat, dan Mesjid adalah adat dari Raja Melayu saat itu.

Ketiga unsur tersebut wajib dibangun sebagai representasi dari unsur pemerintahan, adat, dan ulama yang biasa disebut “Tali Berpilin Tiga”.

Kerajaan Indragiri

Kerajaan Indragiri kerajaan islam di riau
dictio.id

Kerajaan Indragiri yang berada di bawah kemaharajaan Melayu sebelum tahun 1641 berhubungan erat dengan Portugis. Tetapi setelah Malaka diduduki oleh VOC, kerajaan Indragiri mulai berhubungan dengan VOC yang mendirikan kantor dagangnya di Inderagiri berdasarkan perjanjian 28 Oktober 1664.

Pada masa pemerintahan Sultan Indragiri XVII, undang-undang Inderagiri disusun. Sultan Indragiri I adalah Sultan Abdul Jalil Syah.

Pada tahun 1765 Sultan Hasan Salahuddin Kramat Syah memindahkan ibukotanya ke Japura. Tetapi tanggal 5 Januari 1815 dipindahkan lagi ke Rengat oleh Sultan Ibrahim atau Raja Indragiri XVII.

Sultan Ibrahim inilah yang ikut serta berperang dengan Raja Haji di Teluk Ketapang tahun 1784. Kekuasaan politik Inderagiri berhasil dihilangkan berdasarkan perjanjian Tractat van Vrede en Vriendschap pada tanggal 27 September 1838.

Perjanjian tersebut menandakan bahwa kekuatan politik Indragiri telah dikuasai oleh Hindia-Belanda. Berarti jalannya pemerintahan kerajaan Inderagiri ditentukan oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Peninggalan Kerajaan Indragiri

rengat
veniwidyasti.blogspot.com

Rengat adalah salah satu rumah peninggalan Kerajaan Indragiri. Rmah tersebut adalah “Rumah Tinggi” yang berada di kelurahan Kampung Besar Kota, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu.

Rumah Tinggi dibangun oleh Raja Haji Muhammad yang bergelar Tengku Togok pada tahun 1885 M, dan hingga saat ini masih terwarisi dan berdiri megah.

Tapi sangat disayangkan saat ini kondisinya sangat memprihatinkan dan butuh perhatian dari berbagai pihak.

Kerajaan Kampar

Kerajaan Kampar kerajaan islam di riau
dictio.id

Kerajaan Kampar sejak abad ke-15 berada di bawah Kerajaan Malaka. Namun sejak masa pemerintahan Sultan Abdullah di Kampar, kerajaan Kampar tidak mau menghadap Sultan Mahmud Syah I sebagai pemegang kekuasaan Kemaharajaan Melayu.

Akibatnya dari masalah itu,Sultan Mahmud Syah I mengirimkan pasukannya ke Kampar. Tapi Abdullah minta bantuan berhasil mempertahankan Kampar karena meminta bantuan dari Portugis.

Ketika Sultan Abdullah dibawa ke Malaka oleh Portugis, Kampar ada di bawah pembesar-pembesar kerajaan.

Ada Mangkubumi Tun Perkasa yang mengirimkan utusan ke Kemaharajaan melayu di bawah pimpinan Sultan Abdul Jalil Syah I yang memohon agar di Kampar ditempatkan raja.

Hasil permohonan tersebut dikirimlah seorang pembesar dari Kemaharajaan melayu, yaitu Raja Abdurrahman yang bergelar Maharaja Dinda I dan berkedudukan di Pekantua.

Hubungan antara Kerajaan Kampar di bawah pemerintahan Maharaja Lela Utama dengan Kerajaan Siak dan Kuantan adalah perdagangan.

Akan tetapi, pada masa pemerintahan penggantinya, Maharaja Dinda II memindahkan ibu kota kerajaan Kampar tahun 1725 ke Pelalawan.

Kemudian kerajaan tersebut tunduk kepada Kerajaan Siak pada tanggal 4 Februari 1879. Dengan terjadinya perjanjian pengakuannya, Kampar berada di bawah pemerintah Hindia-Belanda.

Peninggalan Kerajaan Kampar

mesjid kubro peninggalan kerajaan islam di riau
situsbudaya.id

Banyak bukti peninggalan sejarah yang menggambarkan kebesaran Kerajaan Kampar. Salah satunya adalah Masjid Kubro yang terdapat di Desa Koto Perambahan, Kecamatan Kampar Timur ini.

Mesjid ini dibangun pada masa Sultan Mahmud raja dari Malaka. Dimana sekitar abad ke 15, Kerajaan malaka diserang oleh Portugis.

Raja Malaka beserta pengikutnya melarikan diri, hinggaa khirnya ia menetap dan tinggal di kampar serta membentuk Kerajaan baru yang disebut Kerajaan Kampar.

Meski mesjid ini telah direnovasi berulang-ulang kali, namun wujud asli dari mesjid tersebut tetap dipertahankan.

Menurut penuturan Datuk Somok, bukti lain kerajaan Kampar kala itu adalah peninggalan berupa keris, tombak, meriam, lelo, pedang, peti dll. Namun benda- benda itu ikut raib ketika istana itu di robohkan pada tahun 70an.

Begitupun dengan catatan–catatan manuskrip juga tidak ditemukan lagi. Satu-satunya  yang tersisa dan disimpan dengan baik yaitu cap/stempel sultan yang dipegang turun–temurun oleh pemangku dan disimpan di rumah siampu atau rumah suku.

Ada 13 sultan yang pernah memimpin. MakamSultan terakhir terdapat di Desa Koto Perambahan, dan sampai kini makam tersebut masih terawatt.

Kerajaan Tanjung Negeri

kerajaan tanjung negeri
travellboy.wordpress.com

Pada masa pemerintahan Maharaja Lela Utama, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Sungai Nilo. Kerajaan ini dinamakan Kerajaan Tanjung Negeri. Maharaja Lela Utama digantikan oleh putranya, Maharaja Wangsa Jaya setelah mangkat dari tahun 1686-1691 M.

Pada masa pemerintahan Maharaja Wangsa Jaya, banyak wilayah Tanjung Negeri yang diserang wabah penyakit, sehingga membawa banyak korban jiwa rakyatnya.

Meskipun sudah banyak rakyat yang menderita, para pembesar kerajaan belum mau memindahkan pusat kerajaan dari Tanjung Negeri. Pada masa ini, belum ada kesepakatan dari para pembesar kerajaan untuk memindahkan pusat kerajaan dari Tanjung Negeri.

Meski demikian, perdagangan dengan Kuantan dan negeri-negeri lain terus berjalan, terutama melalui Sungai Nilo.

Peninggalan Kerajaan Tanjung Negeri

Peninggalan Tanjung Negeri sampai saat ini belum bisa teridentifikasi, karena kerajaan ini bukanlah kereajaan yang cukup besar.

Itulah ulasan tentang Kerajaan Islam di Riau yang harus Sahabat Biru ketahui sebagai penduduk Nusantara. semoga pembahasaan ini bermanfaat. Terimakasih

Penyebab dan Akhir Dari Perang Aceh

Perang Aceh merupakan perang yang paling lama dan menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan. Perang ini juga merupakan perang terakhir yang dilakukan Belanda dalam rangka...
Admina
3 min read

[Terlengkap] 10 Upacara Adat Aceh dan Upacara Adat Perkawinan Aceh

Aceh memiliki berbagai macam upacara adat, setiap upacara identik dengan acara makan-makan. Seringkali acara tersebut berlangsung setelah acara seremonialnya atau dinamakan dengan kanduri. Sekarang...
Jalanbenar_user
6 min read

[Terlengkap] 12 Suku di Aceh Beserta Sejarah, Bahasa, dan Agama

Indonesia terkenal dengan suku bangsanya yang beragam, begitu juga dengan di Aceh. Tidak bisa dipungkiri, selain alat musik Aceh yang beragam, Aceh juga memiliki...
Admina
5 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *