Candi Tikus – Hallo sahabat Matakaca.com sebagai penggemar sejarah, dan pengamat kerajaan zaman dulu di indonesia pastinya telinga kita tidak asing lagi dengan kata “Candi Tikus” kali ini kita akan berbagi informasi yang belum kalian ketahui tentang misteri candi tikus.
Indonesia mempunyai banyak kekayaan baik budaya maupun sejarah, dalam sejarah banyak kerajaan-kerajaan yang belum diungkap dan bersifat mistis. Sepertihalnya dengan sejarah candi tikus yang berada di kota Mojokerto banyak misteri-mesteri yang belum diungkap, tentang sejarah, awal di temukan, bangunan dan lain sebagainya.
Sejarah Candi Tikus
By : www.berberita.com
Sejarah candi tikus, candi tikus merupakan candi yang terletak di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Candi Tikus ini diperkirakan sudah ada pada abad ke-13 atau abad ke-14. Candi Tikus merupakan sebuah candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang terletak di kompleks Trowulan, Kabupaten Mojokerto, di Trowulan. Bangunan Candi Tikus berupa tempat ritual mandi (petirtaan) di kompleks pusat pemerintahan Majapahit.
Kenapa candi ini disebut Candi Tikus, sebab pada waktu ditemukan, candi ini merupakan tempat bersarangnya tikus yang memangsa padi petani. Terdapat empat buah miniatur candi kecil di tengah candi tikus, yang dianggap melambangkan Gunung Mahameru. Sebagai tempat para dewa bersemayam dan sumber segala kehidupan, yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir dari pancuran-pancuran atau jaladwara yang terdapat di sepanjang kaki candi.
Pada tahun 1914, candi ini ditemukan oleh Bupati Mojokerto, RAA Kromojoyo Adinegoro. Bupati Mojokerto mendengar keluh kesah warga Desa Temon yang kalang kabut karena serbuan hama tikus di sawah mereka. Kromojoyo memerintah aparat desa untuk memobilisasi massa dan menyatakan perang pada tikus. Anehnya, saat terjadi pengejaran, tikus-tikus itu selalu lari dan masuk dalam lobang dalam sebuah gundukan besar.
Karena ingin membersihkan tikus sampai habis, Kromojoyo memilnta agar gundukan itu dibongkar. Ternyata, di dalam gundukan terdapat sebuah candi. Melihat sejarah penemuannya, Kromojoyo memberi nama Candi Tikus.
PROSES PENEMUAN DAN PEMUGARAN
By : kisahwali9.blogspot.com
Petirtaan Tikus diresmikan pada tanggal 21 September 1989 oleh Dirjenbud Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Pada awalnya petirtaan ini ditemukan secara tidak sengaja, hal ini terlihat dari niat awal para petani desa disekitarnya untuk memusnahkan hama tikus yang menyebabkan kegagalan panen.
Melihat seringnya tikus keluar masuk dari sebuah gundukan tanah, secara masal masyarakat melakukan penggalian terhadap gundukan tanah tersebut. Setelah dibongkar ternyata masyarakat mendapati sebuah meniatur candi yang terbuat dari bahan bata merah dengan denah persegi empat.
Hal tersebut kemudian dilaporkan kepada Bupati Mojokerto yang bernama R.A.A Kromodjojo Adinegoro. Berdasarkan latar belakang penemuan tersebut, kemudian masyarakat lebih mengenal situs petirtaan tersebut dengan nama Petirtaan Tikus.
Petirtaan Tikus mengalami pemugaran pertama kali pada masa Hindia-Belanda dan dilakukan pemugaran oleh Pemerintah Indonesia melalui Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Bekas Kota Majapahit pada tahun 1984/1985-1988/1989. Dalam pemugaran ini berhasil disikap sisi tenggara bangunan Petirtaan Tikus. Dalam pemugaran ini pemerintah juga memperluas areal tanah, sehingga halaman desekitar petirtaan semakin luas.
Tidak adanya sumber sejarah tertulis yang menjelaskan keberadaan Petirtaan Tikusbukan berarti tidak diperoleh sumber informasi mengenai pembangunan petirtaan ini. Berdasarkan kajian arsitektural, diperoleh gambaran yang dapat ditujukan guna mencari dan menentukan saat dibangunnya petirtaan ini. Air ini dianggap sebagai air suci Amarta sumber segala kehidupan.
Bangunan Candi Tikus
By : kisahwali9.blogspot.com
Arsitektur bangunan melambangkan kesucian Gunung Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Menurut kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru merupakan tempat sumber air Tirta Amerta atau air kehidupan, yang dipercaya mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan kesejahteraan, dari mitos air yang mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari Gunung Mahameru.
Tahap Pembangunan
By : sangcaraka.blogspot.com
Bentuk bangunan ini makin ke atas makin kecil dan dikelilingi oleh delapan menara yang lebih kecil bagaikan puncak gunung yang dikelilingi delapan puncak yang lebih kecil.
Bangunan induk luasnya 7,65 x 8,75 meter dengan tinggi 5,20 meter. Secara horizontal bangunan induk dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: kaki, tubuh dan atap. Kaki bangunan berbentuk segi empat dengan profil berpelipit.
Pada lantai atas kaki bangunan terdapat saluran air dengan ukuran 17 cm dan tinggi 54 cm serta mengelilingi tubuh. Sedangkan, pada sisi luar terdapat jaladwara. Selain itu, terdapat pula menara-menara yang disebut menara kaki bangunan karena adanya bagian kaki bangunan. Ukurannya 80×80 cm.
Pada lantai atas kaki bangunan ini berdiri tubuh bangunan dengan denah segi empat, sedangkan di bawah susunan batanya terdapat pula kaki tubuh tempat tiap berdiri menara yang disebut menara tubuh. Selain itu, di setiap bagian dinding tubuh terdapat bangunan menara yang lebih besar dan berukuran 100×140 cm, tinggi 2,78 meter.
Kolam
By sejarahmajapahitlengkap.blogspot.com
Di sebelah timur laut dan barat laut bangunan induk terletak dua bangunan yang berbentuk kolam dan disebut “kolam barat” dan “kolam timur”. Kolam yang berada di kanan dan kiri tangga masuk ini masing-masing berukuran panjang 3,50 meter, lebar 2 meter, tinggi, 1,50 meter dan tebal dinding 0,80 meter.
Pada sisi utara dinding kolam bagian dalam terdapat tiga jaladwara dengan ketinggian kurang lebih 80 cm dari lantai kolam. Bagian luar kolam (sisi selatan) terdapat tangga masuk ke bilik kolam yang lebar 1,20 meter. Di bagian dalamnya terdapat semacam pelipit setebal 3,50 cm. Kemudian, di atas dan bawah tangga masuk sisi timur ada dua saluran air.
Dinding Teras
By : sejarahmajapahitlengkap.blogspot.com
Bangunan dinding ini terdiri atas tiga teras yang mengelilingi bangunan induk dan kolam. Fungsi teras sebagai penahan desakan air dari sekitarnya, karena bangunan ada di bawah permukaan tanah.
Selain itu, juga sebagai penahan longsor. Dinding teras pertama pada candi tikus berukuran 13,50 x 15,50 meter, sedangkan lebar lantai teras 1,89 meter. Pada kaki terasnya yang berpelipit ada pancuran air yang berbentuk padma dan makara.
Sedangkan, di bawah lantai teras terdapat saluran air berukuran 0,20 meter dan tinggi 0,46 meter. Saluran ini berhubungan dengan saluran yang ada pada bangunan induk dan diperkirakan saluran tersebut dipergunakan untuk mengalirkan air yang berasal dari bangunan induk tersebut (keluar melalui pancuran yang terdapat di bagian dalam dinding kolam sisi utara).
Dinding teras tingkat dua berukuran 17,75×19,50 meter. Lebar lantai 1,50 meter dan tingginya 1,42 meter serta tebal dinding teras tersebut sebanyak 17 lapis bata. Sementara, dinding teras tingkat tiga mempunyai ukuran 21,25x 22,75 meter dengan lebar lantai 1,30 meter, tinggi dinding 1,24 meter, dan tebal dinding 10 lapis bata.
Tangga Utama
By : septiyanindramuqlison.student.umm.ac.id
Tangga utama ini merupakan tangga menuju ke bangunan induk dan bilik kolam. Lebar tangga 3,50 meter dan tinggi 3,50 meter dan panjang tangga 9,50 meter, . Sebagai catatan, pada sisi timur dan barat tangga teras satu dan teras dua terdapat pipi tangga yang menutupi jalan masuk ke teras satu dan dua.
Lantai Dasar
By : seberkassejarah2.blogspot.com
Lantai dasar terdiri dari susunan bata yang mempunyai permukaan atau bidang datar di bagian atasnya. Lantai tersebut tersusun dari dua lapis bata yang luasnya kurang lebih 100 meter persegi. Lantai ini berfungsi sebagai tempat berdirinya bangunan induk, kolam, dinding teras, dan tangga utama.
Pagar Tembok Luar
By : lelungan.net
Pagar tembok berada di sisi utara, berjarak kurang lebih 0,80 meter dari dinding teras tiga, dan menjadi satu dengan pintu gerbang yang terdapat di tangga masuk.
ARTI FILOSOFIS BAGIAN BANGUNAN PETIRTAAN TIKUS
Trowulan merupakan salah satu situs yang banyak dikaji oleh para sejarawan dan arkeolog. Penelitian itu menghasilkan rekonstruksi tata kota Majapahit. Salah satu dasar yang rupanya digunakan dalam menentukan tata ruang dan letak bangunan di Majapahit dan di Jawa pada waktu itu adalah orientasi pada alam sekitarnya seperti gunung, dataran, dan laut.
Gunung disimbolkan sebagai tempat suci. Bangunan air di kota Majapahit juga sudah tertata. Pengairan atau irigasi yang teratur sudah dikenal di Majapahit. Hal ini dapat dilihat dari bangunan-bangunan tadah air, dan petirtaan, seperti kolam Segaran, Petirtaan Tikus, dan sisa peninggalan-peninggalan saluran air.
Petirtaan Tikus terletak di Dusun Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Bangunan petirtaan didominasi oleh batu bata merah, sedangkan batu andesit digunakan untuk jaladwara (pancuran air).
Pada dinding luar masing-masing kolam, berjajar tiga buah pancuran berbentuk padma (teratai) yang terbuat dari batu andesit. Seluruh pancuran dahulu mendapatkan air melalui saluran yang terdapat di bagian selatan, yaitu belakang candi induk, sementara saluran pembuangan terletak di lantai dasar.
Bangunan induk terletak di bagian tengah, kakinya menempel pada teras bawah dinding selatan dengan struktur bangunan induk terdiri dari kaki, tubuh dan atap. Kaki candi berbentuk sebuah bangunan persegi empat dengan ukuran panjang 7,75 m, lebar 7,65 m dan tinggi 1,5 m.
Bangunan ini dianggap sebagai bangunan utama dari Petirtaan Tikus. Di atas bangunan ini terdapat sebuah menara berukuran 1X1,04 m berbentuk Meru dengan pucak datar. Menara bagian tengah ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis dengan ukuran yang lebih kecil. Puncak menara-menara itu telah hilang sehingga tidak dapat diketahui dengan pasti bentuk awalnnya. Di sekeliling dinding kaki bangunan, berjajar 17 pancuran berbentuk bunga teratai dan makara.
Susunan menara yang demikian menarik perhatian seorang Belanda yang bernama A.J Bernet Kempers. A.J Bernet Kempers mengaitkan bentuk menara dengan konsepsi religi yang terdapat dalam bukunya yang berjudul Ancient Indonesia Art. Orang inilah yang banyak berjasa dalam menyikap masa pengaruh agama Hindu-Budha di Indonesia lewat kajian candi-candi. Sejarawan inilah yang mengatakan bahwa Petirtaan Tikus merupakan replika dari gunung Meru.
Arsitektur bangunannya melambangkan kesucian Gunung Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Gunung Mahameru merupakan tempat sumber Tirta Amerta (air kehidupan) yang dipercaya mempunyai kekuatan magis dan dapat memberikan kesejahteraan itu semua menurut kepercayaan Hindu. Sehingga air yang mengalir di Petirtaan Tikus dianggap bersumber dari Gunung Mahameru.
Selain itu, Petirtaan Tikus yang dianggap sebagai replika Gunung Meru yang merupakan gunung suci sebagai pusat alam semesta yang mempunyai suatu landasan kosmogoni yaitu kepercayaan yang mengharuskan adanya keserasian antara dunia (mikrokosmos) dan alam semesta (makrokosmos).
Berdasarkan landasan kosmogoni tersebut, maka setiap air yang keluar dari bangunan induk ini dipercaya sebagai air suci (amerta). Alam semesta ini terdiri atas suatu pusat benua yang bernama Jambudwipa yang dikelilingi oleh tujuh lautan dan tujuh daratan dan semuanya dibatasi oleh suatu pegunungan tinggi itu semua kepercayaan dalam konsepsi Hindu, .
Keunikan Candi Tikus
Sudah bukan rahasia lagi dikalangan penduduk mojokerto bila mendengar nama candi. Benak kita lantas tertuju pada suatu bangunan (terbuat dari batu atau bata merah) yang berasal dari masa silam yang berfungsi sebagai sarana pemujaan. Ini memang benar adanya dan tidak keliru, karena memang candi berfungsi sebagai sarana untuk melakukan suatu ritual pemujaan.
Memiliki Kekuatan Magis
By : conspiracydailyupdate.com
Tanpa usaha yang telah dilakukan oleh H. Maclaine Pont, mungkin nama Trowulan tidak akan mencuat ke permukaan dalam panggung sejarah Indonesia. Dialah yang pertama kali menyatakan bahwa Trowulan merupakan bekas Ibukota kerajaan Majapahit. Kitap Nagarakertagama sebagai sumber H. Maclaine Pont yang berhasil merekonstruksi (bina ulang) ibukota kerajaan Majapahit. Dari peta kota hasil rekonstruksi Maclaine Pont pada tahun 1926 tersebut, tampak bahwa candi Tikus terletak di luar kota Majapahit.
Sejak zaman Prasejarah, air memang memiliki peranan penting dalam kehidupan spiritual manusia. Air dipercaya memiliki daya magis utnuk membersihkan, mensucikan dan menyuburkan. Tak heran, bila kemudian air yang keluar dari candi Tikus juga dipercaya memiliki kekuatan magis untuk memenuhi harapan rakyat agar hasil pertanian mereka berlipat ganda dan terhindar dari kesulitan-kesulitan yang merugikan.
Itulah beberapa informasi dari “Sejarah Candi Tikus” yang berhasil dirangkum pada kesempatan kali ini. Terimakasih telah mengunjungi Matakaca.com ( Singgah di sudut pandang mata dunia ), semoga dapat bermanfaat. Jika ada saran dan lain-lain silahkan komen ya….. Biar bisa sharing bareng. Wassalamu’alaikum.
KATA-KATA BAHASA JAWA CINTA – Jawa merupakan suatu pulau yang terdapat di Indonesia dan merupakan pusat pendidikan dan ekonomi di Indonesia. pulau jawa sendiri...
Kata-Kata Racing – Hallo sahabat matakaca.com Mendengar kata “racing” mungkin sudah tidak asing lagi untuk beberapa orang apalagi anak muda yang kerap melakoni hal...
Kerajinan dari Batok Kelapa – Hallo sahabat Matakaca.com dan para pengrajin serta penggemar karya seni, Khususnya kerajinan indonesia pastinya kalian tidak asing lagi kan...