Aceh merupakan salah satu daerah istimewa yang berada di Indonesia. keberagaman budayanya yang menjadi ciri khas membuat Aceh mudah dikenal oleh orang banyak, tidak terkecuali dengan alat musik tradisional Aceh.
Alat musik daerah Aceh ini terdiri dari berbagai jenis dan fungsinya. Biasanya akan digunakan pada saat pertujukan kesenian daerah yang dihadiri oleh masyarakat Aceh.
Dari masa ke masa, pertunjukan dengan alat musik ini telah menjadi budaya suku Aceh yang telah dipajang di Indonesia.
Vokalis dan pemain alat musik berkolaborasi untuk menghasilkan suara yang enak didengar demi kesenangan para penonton.
Berikut 15 alat musik tradisional Aceh yang menarik untuk dimainkan.
Alat Musik Arbab

Arbab adalah salah satu alat musik tradisional Aceh yang pembuatannya menggunakan bahan alami. Bahan yang digunakan adalah kayu, dawai, tempurung kelapa, dan kulit kambing.
Alat musik yang termasuk ke dalam alat musik gesek ini terbuat dari dua bagian utama.
Bagian pertama adalah alat mirip seperi gitar yang terbuat dari tempurung kelapa dan memiliki nama “arbab”. Sedangkan bagian keduanya berupa penggesek yang bernama “go arbab”. Bahan pembuatan alat penggesek ini adalah kayu, serat tumbuhan, dan rotan.
Pada awalnya arbab ini digunakan untuk mendampingi lagu tradisional yang berasal dari daerah sekitarnya.
Alat Musik Bangis Alas

Sesuai namanya, alat musik tradisional Aceh ini banyak dijumpai di daerah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara.
Secara pembuatannya, alat ini bisa dibilang cukup mistis. Pasalnya, alat musik ini hanya dibuat ketika ada seseorang yang meninggal di suatu kampung/desa tersebut.
Bangsi yang sudah dibuat seteleh kematian seseorang akan sengaja di hanyutkan ke sungai. Setelah dihanyutkan ke sungai, bangsi akan terus diikuti sampai diambil oleh anak-anak. Kemudian, si pembuat bangsi akan merapasnya kembali.
Nah, bangsi tersebutlah yang akan digunakan sebagai alat musik yang menghasilkan suara merdu.
Sangat sedikit infomasi yang bisa diambil dari alat musik ini, dikarenakan keberadaanya di masa kini sudah sangat langka.
Alat Musik Bereguh

Bereguh merupakan sebuah instrument yang cukup unik karena alat musik ini terbuat dari tanduk hewan kerbau.
Pada kenyataannya, alat musik ini dipakai hanya untuk alat komunikasi. Biasanya digunakan oleh dua atau banyak orang yang terpisah pada jarak yang cukup jauh.
Ketika bereguh ditiup, maka orang lain yang mendengarnya bisa memprediksi keberadaan serta jarak dari orang yang mengeluarkan suara dari bereguh tadi.
Cara menggunakan bereguh yaitu dengan cara ditiup pada ujungnya yang runcing dan melengkung.
Rentang nada yang mampu dikeluarkan bereguh ini masih terbatas. Panjang pendek, keras pelan, dan bagus tidaknya suara yang keluar bergantung pada orang yang menggunakannya, bukan bereguhnya.
Bereguh ini menjadi satu dari sekian banyak alat musik asli daerah Aceh. Sahabat Biru bisa menemukannya di Aceh Utara, Pidie, dan juga daerah Aceh Besar.
Dahulu, bereguh dipakai untuk bagian perlengkapan dalam kegiatan berburu. Bereguh digunakan sebagai media berkomunikasi layaknya walki talki atau handphone.
Kadang, beregu juga digunakan oleh seseorang yang hendak mencari bantuan. Tentu saja, nada yang dikeluarkan memiliki nada yang bervariasi. Mana nada untuk menunjukkan seseorang sedang tersesat, seseorang sedang kesakitan, dan lain sebagainya.
Suara ini hanya dipahami oleh orang Aceh zaman dahulu. Mungkin sekarang tradisi ini sudah hampir punah.
Masyarakat zaman sekarang, hanya akan memanfaatkan bereguh sebagai barang hiasan layaknya benda tidak berguna. Produksinya pun juga semakin terbatas.
Alat Musik Calempong

Cara kerja calempong sangat mirip dengan Saron. Namun celempong terbuat dari kayu serta tidak disusun dengan paten di dalam satu kerangka.
Calempong dipisah tiap lembar demi lembar. Calempong Hanya disusun ketika akan dimainkan, tepatnya yaitu di atas pangkuan. Celempong sendiri terbuat dari beberapa potongan kayu berbentuk lembaran, jumlahnya antara 5 sampai dengan 7.
Biasanya para pengrajin memakai kayu tampu atau juga bisa menggunakan kayu senguyung.
Kenapa kayu tampu atau senguyung?
Alasannya karena kayu jenis ini mempunyai sifat tekstur ringan akan tetapi keras. Tiap potongan kayu berbentuk lembaran tadi, mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai yang paling kecil sampai dengan yang paling besar.
Tiap lembarnya memiliki panjang antara 25 hingga 30 cm, sementara lebarnya sendiri berkisar antara 6 cm sampai dengan 8 cm.
Bagian atas, potongan kayunya berbentuk cembung. Bagian bawahnya ditoreh hingga terbentuk sebuah ceruk.
Tujuannya adalah sebagai cara untuk mengoptimalkan bunyi yang ingin dihasilkan alat ini.
Biasanya, pemain celempong akan duduk terlebih dahulu dahulu. Kemudian menjulurkan kedua kakinya lurus ke arah depan.
Selanjutnya menyusun potongan – potongan kayu yang telah disiapkan sebelumnya. Potongan kayu akan diletakkan mulai dari paha sampai dengan ujung kaki.
Penyusunannya dimulai dari kayu paling besar hingga paling kecil. Sementara untuk jarak kaki kanan dengan kiri bisa disesuaikan sesuai kebutuhan dan keinginan.
Ketika potongan kayu tadi sudah selesai disusun, maka celempong sudah siap untuk dimainkan.
Ada banyak jenis musik yang bisa diiringi menggunakan alat musik celempong.
Musik–musik tersebut di antaranya adalah : Buka Pintu, Cak Siti, Kuda Lodeng, Nyengok Bubu, dan juga Cico Mandi
Celempong juga dimainkan untuk menemani tari Inai. Umumnya, celempong dimainkan oleh para kaum hawa, terutama mereka yang masih muda.
Akibat era globalisasi yang kian melanda, celempong sudah sangat jarang dimainkan. Bahkan, wanita muda daerah asli Aceh mayoritas tidak bisa memainkannya.
Berdasarkan sumber buku Ensiklopedia, alat musik ini sudah ada sejak 100 tahun yang lalu dan dimainkan di daerah Tamiang.
Alat Musik Canang

Alat musik Canang yang memiliki nama lain bande, merupakan gong berukuran kecil yang bisa dijumpai di hampir seluruh dataran kepulauan Nusantara, Maluku, Papua, dan Sumatera.
Canang sendiri dipakai demi memberikan sebuah penanda, untuk masyarakat di suatu wilayah agar berkumpul di pusat alun-alun.
Kegiatan kumpul ini berhubungan dengan pemberian informasi/ berita dari sang penguasa atu Raja.
Bisa juga untuk menyertai kehadiran Raja atau pun penguasa lain ke daerah tersebut.
Terkadang, canang juga digunakan untuk simbol akan diadakannya sebuah pesta rakyat.
Namun, untuk zaman sekarang ini, canang digunakan sebagai penanda adanya sebuah acara yang mengundang keramaian, misalnya acara topeng monyet dan festival besar.
Sahabat Biru bisa menemukan canang pada masyarakat Tamian, Gayo, Aceh, dan Alas.
Masyarakat Aceh lebih akrab menyebut alat musik ini dengan sebutan “Canang Trieng”. Sementara untuk di Tamiang dan juga di Alas, dipanggil “Kecapi Olah”.
Bentuk Canang bulat mirip gong, namun ukurannya cenderung lebih kecil. Penggunannya pun berbeda. Jika gong biasanya digantung, namun untuk canang diletakkan di lantai
Alat Musik Genggong

Genggong adalah suatu alat musik tiup-petik yang berasal dari suku alas. Alat musik ini berbunyi dari getaran besi yang ditempa sedemikian rupa seakan-akan suara genggong tersebut hanya dapat didengar oleh beberapa orang.
Biasanya alat musik tradisional Aceh ini dibunyikan pada saat larut malam. Genggong ini biasa dimainkan oleh seorang pemuda untuk membangunkan pacarnya yang sedang tidur.
Alat Musik Geundrang

Geundrang merupakan salah satu alat musik yang terangkum dalam perangkat musik serune kale. Cara pemakaian alat musik ini yaitu dengan dipukul menggunakan tangan ataupun alat pemukul.
Alat musik geundrang ini dapat ditemukan di daerah Aceh Besar maupun di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara.
Fungsi alat msuik tradisional Aceh ini adalah alat pelengkap tempo dari musik tradisional Aceh.
Alat Musik Rapai

Bahan dasar dari rapai ini terbuat dari kulit binatang dan kayu. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Rapai ini sejenis instrumen musik pukul yang biasanya digunakan untuk mengiringi kesenian tradisional.
Rapai ini banyak jenisnya: Rapai Daboih, Rapai Anak, Rapai Geurimpheng (rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Pasee (Rapai gantung).
Alat Musik Serune Kale

Serune kale Adalah alat musik tradisional yang bentuknya menyerupai berbentuk terompet. Serune Kale dibuat dari kayu. Struktur fisiknya menyerupai alat musik barat, yaitu Klarinet. Serune kale bisa dijumpai di daerah Aceh besar, Aceh Utara, Pidie, dan juga Aceh Barat.
Serune Kalee akan dimainkan dalam acara ritual seperti pernikahan, penyambutan tamu, dan acara hiburan lainnya.
Alat musik tradisi ini dikategorikan dalam jenis aerofon. Artinya bunyinya berasal dari hembusan udara yang bersumber dari hembusan udara pada rongga tenggorokan.
Serune kale memiliki arti seruling dari wilayah Kale. Sahabat Biru juga bisa melihat serune kale di daerah Agam dan Minangkabau.
Alat musik ini juga disinyalir hampir sama dengan instrumen musik dari beberapa negara di antaranya: Thailand, Srilangka, dan juga Malaysia.
Kemiripan tersebut bisa dilihat dari volume suaranya, laras nada, dinamika suaranya serta vibrasi.
Menurut sejarah, alat musik tradisional Serune Kale ini, dibawa oleh para umat muslim yang masuk ke Aceh. Tapi ada juga sumber yang menjelaskan bahwa instrumen ini, asalnya dari Tiongkok.
Pendapat ini juga tidak terlepas dari fakta bahwa Aceh, pada saat dulu memang dikenal sebagai kerajaan yang memiliki letak strategis dan bersifat terbuka.
Tidak heran banyak sekali menjalin hubungan terhadap bangsa asing.
Bisa diamati bahwa perkembangan di Aceh banyak akulturasi yang melahirkan kesenian khas Aceh dan dominan selalu bernafaskan islam.
Alat Musik Tambo

Tambo merupakan sejenis tambur yang termasuk alat musik pukul. Tambo ini dibuat dari bahan kulit sapi, bak iboh (iboh adalah sejenis pepohonan yang tumbuh di Aceh), dan rotan sebagai alat peregang kulit.
Tambo ini di zaman dulu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat/beribadah.
Selain itu, bisa juga untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-masalah kampung.
Sekarang alat musik ini jarang digunakan dan hampir punah, karena fungsinya telah terdesak oleh alat teknologi microphone.
Alat musik tradisional Aceh lainnya adalah sebagai berikut: